Oleh:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz (
www.almanhaj.or.id)
Barangsiapa merenungi Kitabullah dan
senantiasa berhubungan dengannya, maka akan mendapatkan kemuliaan akhlak. Dan
barangsiapa yang mengkaji sunnah-sunnah Nabi, yaitu perjalanan hidup Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hadits-haditsnya, akan mendapatkan dan
memahami kemuliaan akhlak dan keagungannya. Untuk itulah Allah kembali
menegaskan kemuliaan akhlak itu pada akhir Surat Al-Furqan.
Allah berfirman :
"Artinya : Dan hamba-hamba yang baik
dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang
melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. Dan
orang-orang yang berkata : 'Ya Rabb kami, jauhkan adzab jahannam dari kami,
sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal'. Sesungguhnya jahannam
itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan apabila orang-orang
yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang
demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian ini, niscaya
dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)". [Al-Furqan : 63-68]
Maksudnya, barangsiapa menyekutukan Allah
atau membunuh jiwa dengan tanpa alasan, atau melakukan perzinaan, maka akibat
perbuatannya itu dia akan mendapatkan dosa, yaitu siksaan yang besar. Lalu
Allah menjelaskannya dengan ayat-ayat berikut ini :
"Artinya : (Yakni) akan dilipat
gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu,
dalam keadaan terhina". [Al-Furqan : 69]
Mereka berada dalam siksaan, kecuali :
"Artinya : Kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih ; maka mereka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya". [Al-Furqan : 70-71]
Ini semua cerminan dari akhlak Ahlul Iman
laki-laki dan wanita. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya: "Artinya :
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu". [Al-Furqan : 72]
"Laa yasyhadun" (tidak
memberikan persaksian) maksudnya yaitu "la yahdhurun" (tidak
melakukan). Adapun yang dimaksud dengan "Az-Zuur" (palsu, dusta)
yaitu kebathilan dan kemungkaran dari berbagai bentuk kemaksiatan dan kekafiran.
Ahlul Iman adalah mereka mereka yang tidak memberikan persaksian palsu, bahkan
mereka adalah orang yang mengingkari serta memeranginya.
Firman Allah
"Artinya : Dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya".
[Al-Furqan : 72]
Lebih dari itu, Ahlul Iman akan menolak
perbuatan yang tidak mendatangkan faedah, sebagaimana firman Allah berikut :
"Artinya : Dan apabila mereka
mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan
mereka berkata : 'Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu..."
[Al-Qashash : 55]
"Artinya : Dan orang-orang yang
apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah
mengahadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta". [Al-Furqan : 73]
Bahkan mereka mengahadapinya dengan
khusyuk serta menerima sepenuhnya terhadap Allah dan sekaligus
mengagungkan-Nya. Inilah sifat mukminin dan mukminat apabila diingatkan dengan
ayat-ayat Allah mereka nampak khusyuk dan lembut hatinya serta mengagungkan
Rabbnya bahkan menangis lantaran rasa takut kepada-Nya. Mereka melakukan itu
karena mengharap pahala dari-Nya dan takut akan siksa-Nya.
Allah berfirman :
"Artinya : Dan orang-orang yang
berkata : 'Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertaqwa". [Al-Furqan : 74].
Ini semua merupakan sifat-sifat mukminin
dan mukminat, mereka adalah Ibadurrahman (Hamba-hamba Allah) yang hakiki lagi
sempurna.
Qurratul 'Ain (penyejuk mata) adalah,
manakala engkau melihat anak-anakmu, baik laki-laki atau perempuan semuanya
melaksanakan amal shalih. Kata-kata "al-walad" secara umum mencakup
laki-laki dan wanita. Anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan ibnu,
sedang perempuan dipanggil dengan bintu.
Demikian pula kata-kata
"dzurriyah" yang mencakup laki-laki dan juga perempuan. Hal ini
sebagai mana tersebut dalam hadist :
"Artinya : Apabila anak Adam
(manusia) meninggal, terputus amalnya kecuali tiga perkara ; shadaqah jariyah,
ilmu yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendo'akannya".
Anak atau al-walad, termasuk di dalamnya
adalah anak laki-laki atau perempuan, hal ini sebagaimana penjelasan di depan.
Allah mempertegas hal ini dalam firman-Nya :
"Artinya : Ya Rabb kami,
anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami)...." [Al-Furqan : 74]
Yakni, dzurriyah (generasi) yang
menyejukkan pandangan mata. Hal itu disebabkan karena kondisi anak keturunan
yang taat kepada Allah dan istiqamah di atas syari'at-Nya. Demikianlah kondisi
kehidupan suami istri, seorang suami misalnya, apabila melihat istrinya taat
kepada Allah, maka pastilah sejuk matanya (senang hatinya). Demikian pula
istri, apabila melihat suaminya taat kepada Allah tentulah senang hatinya. Ini
terjadi manakala istri adalah sosok wanita mukminah. Suami yang shalih adalah
penyejuk mata bagi istrinya, demikian pula istri shalihah adalah penyejuk mata
bagi suaminya yang mukmin. Generasi yang baik (dzuriyatan thayyibah) adalah
penyejuk mata bagi ayahnya, ibunya dan seluruh kerabat mukminin dan mukminat.
Allah berfirman :
"Artinya : Dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertaqwa". [Al-Furqan : 74]
Imam bagi orang-orang yang bertaqwa,
yakni ; imam dalam kebaikan yang mampu membimbing manusia. Kemudian Allah
menegaskan balasan yang bakal diperoleh mereka, yaitu :
"Artinya : Mereka itulah orang yang
dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah)". [Al-Furqan : 75]
Ghurfah adalah jannah. Disebut ghurfah
karena ketinggiannya, sebab ia berada di tempat yang sangat tinggi, yaitu di
atas langit dan di bawah 'Arsy. Jannah itu berada di tempat yang sangat tinggi,
oleh karena itu Allah berfirman :
"Artinya : Mereka itulah orang-orang
yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah)". [Al-Furqan :
75]
Ghurfah (balasan yang tinggi) yakni,
al-jannah. Hal ini diperoleh karena kesabaran mereka (bimaa shabaruu).
Maksudnya adalah kesabaran dalam mentaati Allah, kesabaran menahan yang
diharamkan Allah dan kesabaran atas musibah yang menimpa. Ketika mereka
menerima dengan sabar, maka Allah membalasi mereka dengan al-jannah yang tinggi
dan agung. Manakala mereka sabar menunaikan kewjibannya terhadap Allah, sabar
terhadap yang diharamkan Allah, sabar menerima musibah yang memedihkan,
misalnya ; sakit, kemiskinan dan selainnya, maka Allah akan membalasi mereka
dengan sebaik-baik balasan.
Allah berfirman :
"Artinya : Mereka itulah orang yang
dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah), karena kesabaran mereka
dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka
kekal di dalamnya. Jannah itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat
kediaman". [Al-Furqan : 75-76]
Inilah cerminan sifat-sifat Ahlul Iman
yang utuh, baik kalangan laki-laki atau wanita. Mereka pula yang Ahlus Sa'adah
wan Najah (pemilik kemuliaan dan kesuksesan). Di dalam Al-Qur'an Allah
Subhanahu wa Ta'ala banyak menyebutkan sifat-sifat mukminin dan mukminat serta
akhlak mereka yang mulia. Di antaranya sebagaimana tersebut dalam surat
Al-Baqarah, Allah berfirman :
"Artinya : Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya
kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) ; dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa". [Al-Baqarah : 177]
Inilah keadaan orang-orang yang bertaqwa
dari baik laki-laki maupun perempuan. Allah telah menjelaskan sifat-sifat
mereka dalam ayat yang mulia ini.
"Artinya : ..... akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah ..".
Makna ayat tersebut ialah : Akan tetapi,
pemilik kebajikan yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Iman kepada Allah dalam pengertian, Allah
sebagai Rabb dan Ilah yang Maha Suci lagi Maha Agung. Mereka juga mengimani
Allah sebagai tempat pengabdian yang sebenar-benarnya, bahwa sesungguhnya Allah
adalah Dzat Pencipta, dan Dzat Pemberi rezeki. Dialah yang Maha Suci dan
disifati dengan Asma'ul Husna dan sifat-sifat yang tinggi. Tidak ada yang sebanding
dengan-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya. Dialah yang Maha Sempurna dalam dzat,
dalam sifat-sifat, dalam nama-nama dan dalam perbuatan-Nya. Dialah dzat yang
tidak terdapat pada-Nya kekurangan dari berbagai seginya, bahkan Dialah yang
mempunyai kesempurnaan yang mutlak dari berbagai segi.
Allah berfirman :
"Artinya : Katakanlah :'Diallah
Allah, Yang Maha Esa'. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia". [Al-Ikhlas : 1-4]
Beriman kepada Hari Akhir, artinya ialah
; beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian. Pada hari itu, dunia lenyap
dan datang berganti dengan hari akhir, yaitu Hari Kiamat. Pada hari itu, kiamat
pasti datang dan hamba-hamba Allah pasti akan dibangkitkan sebagaimana
firman-Nya :
"Artinya : Kemudian, sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat". [Al-Mukminun :
16-17]
"Artinya : Dan sesungguhnya hari
kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya ; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur". [Al-Hajj : 7]
Yaumul Akhir adalah, hari perhitungan dan
pembalasan, jannah dan naar, pemberian buku catatan dari sebelah kanan atau
sebelah kiri, diangkatnya timbangan dan ditimbangnya perbuatan-perbuatan.
Setelah semuanya usai, maka manusia akan menuju dua tempat, yaitu jannah atau
naar. Adapun kaum mukminin maka mereka memasuki jannah dengan rasa bahagia dan
mulia. Tetapi orang-orang kafir akan memasuki naar dengan adzab yang
menghinakan. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
Berkenan dengan keimanan terhadap
Malaikat, maka kita mengimani bahwa Malaikat adalah makhluk yang taat kepada
Allah, dia adalah pasukan Allah dan utusan penghubung antara Allah dengan
hamba-hamba-Nya dalam menyampaikan perintah dan larangan-Nya.
Allah menjelaskan sifat Malaikat dalam
firman-Nya.
"Artinya : Mereka tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan". [At-Tahrim : 6]
Allah mencipta Malaikat dari cahaya dan
mereka senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Allah berfirman :
"Artinya : Maha Suci Allah.
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimulyakan, mereka
itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka
(malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat
melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati karena takut kepada-Nya". [Al-Anbiya' : 26-28]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman
berkenan dengan mereka (malaikat) :
"Artinya : Mereka tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan". [At-Tahrim : 6]
Berkenan dengan iman kepada Al-Kitab,
maka maksudnya adalah iman kepada kitab yang diturunkan dari langit. Yang
paling agung di antara kitab yang ada adalah Al-Qur'an Al-Karim. Para Ahlul
Iman mempercayai semua kitab telah Allah turunkan kepada para nabi terdahulu.
Kitab yang terakhir, teragung, termulia adalah Al-Qur'an Al-Adzim yang
diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Inilah konsekuensi sebagai mukminin,
mereka mengimani semua para nabi dan rasul serta membenarkannya. Nabi yang
paling akhir adalah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dialah penutup para
nabi dan sekaligus nabi yang paling afdhal.
Disamping itu, seorang mukmin dituntut
menyedekahkan harta yang dicintainya. Dan inilah makna firman Allah :
"Artinya : Memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya ....". [Al-Baqarah : 177]
Para ahlul iman, mereka menginfakkan
harta yang dicintainya kepada fuqara dan masakin kerabat dekat atau selainnya,
berinfak di jalan kebaikan dan jihad terhadap musuh-musuh Allah. Beginilah
ahlul iman dan kebaikan, mereka menginfakkan harta bendanya di jalan kebaikan.
Pada ayat lain Allah juga berfirman :
"Artinya : Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan
harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka". [As-Sajdah : 16].
"Artinya : Berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar".
[Al-Hadid : 7].
Pada ayat lain, yaitu Surat Al-Baqarah :
177, Allah berfirman :
"Artinya : ... dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta ; dan
(memerdekakan) hamba sahaya ....". [Al-Baqarah : 177]
Makna ayat tersebut ialah ; mereka
menginfakkan harta mereka untuk beberapa bentuk kebaikan, yaitu ; untuk kerabat
dekat, anak-anak yatim, orang-orang fakir, orang-orang miskin bukan dari
kerabat dekat dari kalangan orang-orang lemah, untuk Ibnu Sabil, yaitu orang
yang melewati negeri asing yang tidak memiliki kecukupan nafkah. Sa'ilun atau
orang yang meminta-minta, yaitu orang yang meminta-minta kepada manusia
lantaran kebutuhan yang mendesak atau karena kemiskinannya. Bisa juga berarti
peminta-minta yang belum diketahui keadaannya. Maka kepada mereka perlu dikasih
bantuan guna menutup keadaan mereka yang kekurangan.
Allah berfirman :
"Artinya : ... memerdekakan hamba
sahaya ....." [Al-Baqarah : 177]
Maknanya : Menginfakkan hartanya untuk
memerdekakan hamba sahaya atau memerdekakan budak, perempuan-perempuan,
memerdekakan atau menebus para tawanan.
Kemudian Allah berfirman :
"Artinya : ...menegakkan shalat dan
membayar zakat ...."
Maknanya : Sesungguhnya orang-orang
beriman itu menegakkan shalat dan membayar zakat. Menjaga shalat tepat waktunya
sebagaimana disyari'atkan Allah dan membayar zakat sebagaimana yang diatur oleh
Allah.
Allah berfirman :
"Artinya : Dan orang-orang yang
memenuhi janjinya apabila berjanji".
(Yaitu apabila berjanji memenuhi janji
itu dan tidak udzur terhadap janjinya).
Kemudian Allah berfirman pula :
"Artinya : Dan orang-orang yang
sabar dalam al-ba'su, adh-dhara' dan hina al-ba'si".
Artinya sabar dalam keadaan perang.
Allah memuji mereka dalam firman-Nya :
"Artinya : Mereka itu adalah
orang-orang yang benar dan mereka itu adalah orang-orang yang bertaqwa".
[Al-Baqarah : 177]
Mereka itu adalah Ahlush Shidqi (orang
yang benar) karena telah mewujudkan keimanannya dengan amal yang baik dan mewujudkan
ketaqwaannya kepada Allah Azza wa Jalla. Disebutkan pula sifat-sifat lain dari
sifat Ahlus Shidqi sebagaimana tertera dalam Surat Al-Anfal, Al-Bara'ah dan
Surat Al-Mukminun.
Allah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam
shalatnya". [Al-Mukminun : 1-2]
Pada tempat yang lain, Allah menyebutkan
sifat-sifat orang beriman dan kemuliaan akhlaknya. Barangsiapa mengamati
Al-Qur'an Al-Karim dan senantiasa berhubungan dengannya, niscaya akan
mendapatkan sifat-sifat tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran".[Shad : 29].
Allah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya Al-Qur'an
ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". [Al-Isra : 9]
"Artinya : Katakanlah ; 'Al-Qur'an
itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman". [Fushilat
: 44].
"Artinya : Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci". [Muhammad : 24].
[Disalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal
Mukminat dengan edisi Indonesia Akhlak Salaf Mukminn & Mukminat, oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz, hal 17-27, Terbitan Pustaka At-Tibyan,
penerjemah Ihsan] ...